halo para pengunjung, baik yang dari alam nyata maupun alam ghaib, lama tak jumpa, hari ini saya kembali hadir dengan beberapa karya illustrasi terbaru, semoga bermanfaat dan menginspirasi.
Sabtu, 28 Juni 2014
Minggu, 06 April 2014
Senin, 24 Februari 2014
Kamis, 20 Februari 2014
gambar-gambar yang kutangkap dengn kamera
berikut adalah gambar-gambar dari sebuah perjalanan, sekitar bulan Oktober 2013, aneh rasanya bahwa apa yang pernah kulalui, masih bisa kukenang melalui gambar dan tulisan, apalagi memori otak adalah sebuah anugerah yang bisa digunakan untuk meruntun kembali segala kejadian.
judul: bayar mahal
foto yang kuambil ketika turun angkot secara random, dan akhirnya harus jalan kaki sekitar 8Km untuk pulang |
judul: Bocah penanti
ini kuambil ketika acara resepsi pernikahan kawanku, bocah kecil ini sebagai pengangkut piring, terlihat dia siaga menenti para tamu selesai makan. |
Judul: Gubuk
gubuk tak terpakai di tengah sawah |
Judul: Kucur Harapan
kucur air dari pipa kecil, menghidupi sawah berisi padi-padi |
Judul: Alun-Aaun
Rangkaian dahan yang saling merajut, pelindung dari teriknya sengatan sinar matahari |
langit biru berkaki bukit, cerah dan meneduhkan pikiran |
foto yang kuambil diam-diam dari pesawat ketika pulang |
Selasa, 18 Februari 2014
REINKARNASI
Sebuah perjalanan menuju proses
Oleh : Wahyu
Triono
“proses itu selalu lahir, ide akan selalu ada, imajinasi juga pasti
hadir melengkapi, bak tanaman yang mati meninggalkan tunas, bahkan sebuah
proses pun berproses”
Menurut
pengetahuan saya yang teramat dangkal, saya bisa mengartikan bahwa renkarnasi
adalah dari segala sesuatu yang mati, akan tercipta sebuah kehidupan baru, yang
hilang akan berganti, sebuah rotasi kehidupan, kurang lebih sama dengan apa
yang saya lakukan sekarang, terlahir dari sesuatu yang sempat hilang dari hidup
saya.
Semua
berawal pada bulan mei 2012, dimana saat itu saya dihadapkan dengan sebuah
dilema, antara acara yang siap berjalan atau pekerjaan, dengan berbagai macam
pertimbangan dan sedikit kenekatan saat itu, saya memilih untuk melanjutkan
acara yang sudah siap berjalan, dan saat itu saya sangat menyadari, bahwa
setiap pilihan pasti memiliki konsekuensi. Benar, pilihan saya berujung
pemecatan, yang tentu saja dengan lapang dada harus saya terima, karena saya
tahu benar saya berada dalam posisi pihak yang salah pada saat itu.
Dua
hari setelah pemecatan, bisa dibilang, saat itu saya cukup depresi, walau tidak
sampai bunuh diri, tapi cukup menggangu ketenangan bathin, yang saya ingat,
pada saat itu cuaca Balikpapan juga sedang tidak bagus, hujan berkali-kali
sampai banjir, apa mungkin saat itu alam sedang berkawan dengan saya, hingga
alam juga mewakili apa yang saya rasakan, yang jelas itu adalah satu buah
kegagalan dalam hidup saya, bahkan saya tak tahu apa yang harus saya jawab jika
orang tua saya bertanya soal pekerjaan.
Merasa
cukup puas dengan depresi, saya harus kembali berterimakasih kepada bilik
renung, atau dalam bahasa umumnya adalah toilet, sebuah tempat buang hajat yang
bisa saya akui, banyak andil dan berkontribusi dalam setiap penangkapan ide,
saya tidak bilang bahwa ide diciptakan, karena bagi saya ide adalah benda
metafisika yang berputar-putar diarea pikiran manusia, representasi dari apa
yang telah ada di alam semesta, dan selalu melahirkan jutaan atau bahkan
milyaran ide, yang secara random ter-recycle-kan dalam bentuk materi.
Yah
intinya entah darimana datangnya, saya bisa kembali mengingat tentang tugas
prakarya jaman sekolah dasar, yang biasa dibuat dari bubur kertas, hanya saja
jika saya begitu saja mengulang secara sama persis dengan apa yang dilakukan
pada saat sekolah dasar, maka tidak akan ada bedanya dengan karya anak SD, apa
yang bisa menjadikannya spesial?, yang saya pikir saat itu adalah bentuk 3
dimensi, karena biasanya anak SD hanya mengolah bubur kertas dalam bentuk 2
dimensi. Saya putuskan untuk membuat topeng saat itu. Setelah di rancang dalamm
bentuk sketsa, saya mulai mengumpilkan bahan dan alat yang bisa saya pakai,
yaitu, kardus, kertas bekas, tepung kanji, cat tembok, straples, cutter dan
kuas.
Setelah membuat
pola bentuk kepala, saya mulai menyatukan potongan kardus, kemudian dilapisi
kertas, sementara bentuk timbulnya saya menggunakan bubur kertas yang
direkatkan dengan lem kanji, setelah mengulang-ulang proses tersebut, topeng jadi
dalam waktu kurang lebih sekitar 2 minggu ditambah dengan proses finishing
jadilah sebuah topeng sesuai dengan sketsa yang sudah saya buat terlebih
dahulu, kurang lebih seperti ini jadinya
Tidak cukup
puas dengan sebuah topeng dengan bahan yang seadanya, saya mulai berpikir untuk
membuat dengan bahan yang lebih kuat,
saya agak lupa saat itu saya sudah kembali bekerja apa belum beberapa
minggu kemudian dengan sisa uang yang saya miliki, saya memilih beberapa bahan
alternatif yang sekiranya cocok, saat itu saya ganti lem kanji dengan lem kayu, lebih praktis dan lebih murah, dan
ternyata menghabiskan uang adalah pilihan yang tepat olahan saya menghasilkan
karya yang lebih kuat, saya langsung buat beberapa karya percobaan, ini
beberapa gambar dari karya-karya olahan bubur kertas babak kedua.
Dari gambar
diatas, saya bagi lagi jadi dua klasifikasi bahan olahan yang berbeda, warna
yang lebih putih saya buat dari olahan kertas HVS (kecuali topeng tengkorak dan
topeng berhelm), dan yang berwarna lebih gelap saya buat dari olahan koran
bekas, pada saat proses pembentukan kertas koran susah menyatu jadi harus
berhati-hati dalam membentuk, dan setelah melalui proses pengeringan ternyata
olahan kertas HVS memiliki hasil yang lebih padat ketimbang olahan koran yan
masih memiliki rongga dan serat kasar didalamnya, olahan koran juga mudah patah karena masa
jenis kertasnya lebih ringan ketimbang kertas HVS, hasil olahan HVS juga lebih
mudah diraut dan tidak berserabut, hasil uji coba babak dua jelas memberikan
hasil bahwa kertas HVS lebih baik dari kertas koran, tapi anehnya. Untuk tahap
tiga dan seterusnya saya justru lebih tertarik melakukan percobaan dengan
kertas koran, mengingat koran bekas lebih mudah saya dapat ketimbang HVS bekas.
Setelah olahan
babak dua selesai finishing, saya kembali melakukan beberapa percobaan, pada
olahan berikutnya,saya menambahkan cat tembok dalam adonan bubur kertas, dan
memperbanyak volume lem kertas dalam adonan, benar saja setelah melalui proses
pengeringan hasilnya lebih keras dan kuat, setelah itu saya terus menggunakan
kertas koran dalam pembuatan olahan bubur kertas, bahannya lebih mudah didapat
dan murah.
Dalam pengerjaan
mengolah bubur kertas masih banyak kekurangan yang harus kembali dipikirkan,
yaitu saya tetap menyisakan sisa-sisa rautan yang kembali menjadi sampah,
bahkan tak sedikit karya yang gagal, out of concept atau bahkan mandeg dalam
proses pengerjaannya, dalam pengolahannya juga saya masih terbatas dengan
kertas koran, karena bisa dibilang kertas koran memiliki masa jenis yang paling
ringan dan lebih cepat hancur, sedangkan jenis kertas masih banyak, ada folio,
HVS, Karton, Kardus dan lain-lain, setiap kertas juga memiliki prose
penghancuran dengan waktu yang berbeda, seorang kawan pernah menyarankan untuk
direbus, memang akan lebih cepat hancur, namun saya pikir, itu akan memakan
space ruang kerja dan cost yang lebih,
lagi pula inti dari berkarya adalah menikmati waktu, jadi saya masih bertahan
dengan sistem rendam dan lumat untuk proses membuburkan kertas.
Dalam proses
pengerjaannya pun beberapa variasi pernah dilakukan, kadang saya mencampurkan
semen putih, seorang kawan juga menyarankan menggunakan AM, rangka juga bisa menggunakan kawat atau
bambu, kardus yang dilapisi kertas juga bisa menjadi pilihan, semua memiliki
kelebihan dan kekurangan, juga aplikasi tergantung pada bentuk yang dipilih
serta kegunaan, kombinasi bahan juga bisa menggunakan kayu, karena sifatnya
yang sama, dan penggunaan lem kayu bisa jadi alasan yang cocok.
Setelah kurang
lebih setahun berkutat dengan karya olahan bubur kertas, akhirnya saya berani
go public, kadang-kadang ada beberapa kawan yang pesn untuk dibuatkan patung,
asbak atau yang lainnya, belum lama juga saya mulai memamerkan hasil karya
olahan bubur kertas yang saya buat, walau masih banyak menuai kritik, saya
tidak menyerah untuk terus mencoba, karena kritik yang bersifat membangun
adalah bentuk lain dari sebuah dukungan, bahkan sebuah hinaan atau cacian
sekalipun bukan jadi sebuah alasan untuk berhenti.
Kurang lebih
seperti itulah proses yang saya alami, sebuah renkarnasi yang saya lewati, apa
yang hilang dari saya telah diganti dengan dipinjamkannya sebuah talenta,
diberikan jalan untuk tidak menyerah, saya masih pecaya bahwa proses akan terus
berlanjut, selama dukungan selalu ada, tak ada salahnya untuk terus mencoba,
yang saya tahu walau proses tidak selalu panjang dan bahkan akan memakan waktu
yang, tapi alangkah baiknya dinikmati, entah untuk waktu satu atau
bertahun-tahun, tapi konsistensi, kerja keras, sabar dan sikap optimis akan
membantu untuk dapat menikmati proses, dibumbui
dengan inovasi, kreativitas, juga bisa berlapang dada dan menerima segala
bentuk kritikan. Semua berproses dan patut dinikmati, VITAE BREVIS ARS LONGA…. (why)
Balikpapan, 14 februari 2014 (06:01)
Ketika terjaga dalam ruang penuh imajinasi
Kamis, 13 Februari 2014
GAMBAR SEADANYA
apa yang aku lihat, apa yang aku tangkap, bersamaan dengan imajinasi kutuangkan semua diatas kertas, baik dengan pensil atau pena, setidaknya semua terasa apa adanya, walaupun bukan hal yang istimewa, tapi ini adalah hasil dari nikmatnya proses yang tak terduga.
judul: mata dari mata
gambar mata kananku, kutangakap dengan kamera, benda berharga dan anugrah dari yang maha kuasa yang harus kujaga, bersama dengan mata kiriku juga tentunya. |
judul: trilogi dalam satu negatif
judul: kami hidup kamu hidup
judul: menunggu
versi negatif dari menunggu |
judul: pikiran
judul: Ragam Balipapan
Ragam Balikpapan, kepanjangan dari cerita bergambar Balikpapan, sebuah ide tentang "komikisasi" segala aspek tentang Balikpapan yang perjalanannya memakan waktu cukup lama, tapi tak kunjung selesai |
judul: fight scene
ini hanya salah satu adegan perkelahian dalam renca komik yang akan kugarap, tak ada makna khusus |
judul: ekspresi wajah
judul: menunggu
buah dari menunggui ibuku dirumah sakit, sebuah gambaran damba akan tuntutan kebebasan |
trilogi
representasi terang dari gambar, trilogi dalam satu negatif |
karya olahan kertas
berikut ini adalah karya-karya yang bisa dibilang cukup baru, karya olahan tahun 2013, untuk karya-karya 2014 mungkin belum bisa diposting karena belum didokumentasikan, baik secara foto maupun tulisan, selamat menikmati
rencana awal dia adalah robot, second plan dia adalah zombie untuk acara hallowen |
apa mungkin bebek kecil dibelakang sangat cemburu melihat si kodok selingkuh dengan bebek lain, sambil bergumam "kubuh kau nanti" |
moment ketika mereka semua berkumpul sebagai "keluarga" diatas lemari |
benda ini sebenarnya diluar list rencana pembuatan, tapi saya pikir cukup ampuh sebagai uang receh hehehe |
mungkin ada yang sudi berjabat tangan dengan kamen rider satu ini? |
are you okey, dude... |
saya tak mengerti si hijau ini kenapa melotot, apa mungkin ada wanita bahenol didepannya, hahaha saya harap dia tidak ngiler besok. |
sebagai satu team saya juga tidak mengerti kenapa mereka diem-dieman, mungkin itu lebih baik ketimbang mereka bakal bergerak saat malam hari |
SEPERTIGA DEKADE DALAM KEBERSAMAAN
Oleh:Wahyu T
"ini bukan hanya tempat untuk berkumpul, berdiskusi, belajar, dan berkarya, tapi ada sesuatu yang sulit dijelaskan, ini adalah keluarga yang dibangun dengan berbagai perasaan dan perjuangan"
Mungkin akan terasa agal lebay, tapi ini adalah apa yang saya tuliskan berdasarkan penglihatan, yang dibumbui oleh logika, emosi dan sedikit perasaan, semua berawal dari 2009, ketika saya baru masuk kuliah, tak ada yang bisa saya anggap spesial, ketika pertama kali mengetahui, ada sebuah organisasi berbasis unit kegiatan mahasiswa (UKM) bernama SEMU, benar-benar tidak ada yang menarik, hanya saja waktu itu saya ingin memiliki kegiatan diluar waktu akademik, berlatar belakang, pernah ,menjadi team kreatif mading saat duduk dibangku SMP, saya mendaftarkan diri.
tentu semua tidak berjalan lancar, saya harus menunggu hingga tahun depan untuk kembali mendaftar, saat itu saya tertimpa musibah, rumah saya terbakar, dan saya pikir saya bisa menceritakan soal rumah aya yang sempat terbakar ditulisan saya yang lain, oke, satu tahun menunggu ternyata tak ada kabar soal open recruitment, beberapa bulan kemudian, saya resmi terdaftar sebagai anggota UKM Apresiasi semu uniba,
banyak yang saya alami selama tahun-tahun awal, proses yang bahkan nyaris saya lupa, karena pada dasarnya saya adalah orang yang menyukai dan ingin terlibat dalam proses berkarya dalam seni, saya harus banyak belajar, tak hanya bagaimana berkarya, tapi juga menjadi pribadi yang bisa displin, walau saya mengakui bahwa sampai saat ini saya belum bisa disebut manusia yang disiplin, tapi saya bisa menghargai dan menikmati proses, organisasi mengajarkan lebih dari apa yang saya dapat di kelas akademik, soal tanggung jawab, leadership, kesekrtariatan, menghimpun massa, publik speaking, sampai design grafis, dan banyak lagi.
semua itu juga tak lepas dari halangan dan rintangan, organisasi tentu bukan hanya terdiri dari satu atau dua orang, kami memiliki kader lain, dari semua hal unik yang dimiliki tiap kader, semua itu terasa nikmat, bahwa saya mengetahui kami harus bekerjasama, melewati berbagai hal yang kadang-kadang menyaitkan, pilihan-pilihan yang terkadang salah juga jadi penghias.
hingga saat ini, tak terasa saya sudah melewati 3 tahun di organisasi yang saya pikir, ini adalah rumah kedua, ya, tempat dimana saya mengenal berbagai macam orang, dengan pikiran serta pribadi yang berbeda, melewati rasa kesal hingga marah, jungkir balik sebelum kami tertawa terbahak-bahak, menertawakan apa yang kami lewati, sungguh tak bisa tergambarkan semua itu. bahkan berapa pun banyaknya paragraf yang saya tulis mungkin tak cukup menggambarkan apa yang saya lewati, walaupun pada akhirnya tulisan ini jadi tak bernilai karena terlalu semrawut, saya cukup puas, pernah jadi bagian dari SEMU UNIBA,
kita luar biasa karena kita pernah saling mengisi
kita luar biasa karena kita melewati caci maki
melawan hal-hal sulit namun kita sadari itu begitu mudah
tetap konsisten melewati jalan walau diremehkan
kita mencintai dan menikmati itu
tak ada yang lebih tanggung dari kebersamaan kita
sepuluh tahun berdiri bukanlah waktu yang singkat, namun juga bukanlah akhir dari perjuangan
SENI DAN MUSIK ADALAH DETAK JANTUNGKU, HARGA MATI...!!!
"ini bukan hanya tempat untuk berkumpul, berdiskusi, belajar, dan berkarya, tapi ada sesuatu yang sulit dijelaskan, ini adalah keluarga yang dibangun dengan berbagai perasaan dan perjuangan"
Mungkin akan terasa agal lebay, tapi ini adalah apa yang saya tuliskan berdasarkan penglihatan, yang dibumbui oleh logika, emosi dan sedikit perasaan, semua berawal dari 2009, ketika saya baru masuk kuliah, tak ada yang bisa saya anggap spesial, ketika pertama kali mengetahui, ada sebuah organisasi berbasis unit kegiatan mahasiswa (UKM) bernama SEMU, benar-benar tidak ada yang menarik, hanya saja waktu itu saya ingin memiliki kegiatan diluar waktu akademik, berlatar belakang, pernah ,menjadi team kreatif mading saat duduk dibangku SMP, saya mendaftarkan diri.
tentu semua tidak berjalan lancar, saya harus menunggu hingga tahun depan untuk kembali mendaftar, saat itu saya tertimpa musibah, rumah saya terbakar, dan saya pikir saya bisa menceritakan soal rumah aya yang sempat terbakar ditulisan saya yang lain, oke, satu tahun menunggu ternyata tak ada kabar soal open recruitment, beberapa bulan kemudian, saya resmi terdaftar sebagai anggota UKM Apresiasi semu uniba,
banyak yang saya alami selama tahun-tahun awal, proses yang bahkan nyaris saya lupa, karena pada dasarnya saya adalah orang yang menyukai dan ingin terlibat dalam proses berkarya dalam seni, saya harus banyak belajar, tak hanya bagaimana berkarya, tapi juga menjadi pribadi yang bisa displin, walau saya mengakui bahwa sampai saat ini saya belum bisa disebut manusia yang disiplin, tapi saya bisa menghargai dan menikmati proses, organisasi mengajarkan lebih dari apa yang saya dapat di kelas akademik, soal tanggung jawab, leadership, kesekrtariatan, menghimpun massa, publik speaking, sampai design grafis, dan banyak lagi.
semua itu juga tak lepas dari halangan dan rintangan, organisasi tentu bukan hanya terdiri dari satu atau dua orang, kami memiliki kader lain, dari semua hal unik yang dimiliki tiap kader, semua itu terasa nikmat, bahwa saya mengetahui kami harus bekerjasama, melewati berbagai hal yang kadang-kadang menyaitkan, pilihan-pilihan yang terkadang salah juga jadi penghias.
hingga saat ini, tak terasa saya sudah melewati 3 tahun di organisasi yang saya pikir, ini adalah rumah kedua, ya, tempat dimana saya mengenal berbagai macam orang, dengan pikiran serta pribadi yang berbeda, melewati rasa kesal hingga marah, jungkir balik sebelum kami tertawa terbahak-bahak, menertawakan apa yang kami lewati, sungguh tak bisa tergambarkan semua itu. bahkan berapa pun banyaknya paragraf yang saya tulis mungkin tak cukup menggambarkan apa yang saya lewati, walaupun pada akhirnya tulisan ini jadi tak bernilai karena terlalu semrawut, saya cukup puas, pernah jadi bagian dari SEMU UNIBA,
kita luar biasa karena kita pernah saling mengisi
kita luar biasa karena kita melewati caci maki
melawan hal-hal sulit namun kita sadari itu begitu mudah
tetap konsisten melewati jalan walau diremehkan
kita mencintai dan menikmati itu
tak ada yang lebih tanggung dari kebersamaan kita
sepuluh tahun berdiri bukanlah waktu yang singkat, namun juga bukanlah akhir dari perjuangan
SENI DAN MUSIK ADALAH DETAK JANTUNGKU, HARGA MATI...!!!
Langganan:
Postingan (Atom)